ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
NOVEL ”DI BIBIRNYA ADA DUSTA” KARYA
MIRA W.
Diajukan untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Bahasa Indonesia
mata pelajaran Bahasa Indonesia
DI SUSUN OLEH;
Ainun Mufti
XI IPA 3
MADRASAH
ALIYAH NEGERI 1 SEMARANG
TAHUN
AJARAN 2015/2016
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis dengan judul Di Bibirnya Ada Dusta karya Mira W
Oleh :
Nama :Ainun
Mufti
NIS :
Program studi :IPA
Telah disetujui oleh
pembimbing sebagai tugas akhir dan syarat kenaikan kelas XII
Semarang,4 Mei 2016
Pembimbing
Hj.Mu’awanah,S.pd
NIP :
1969102120050120
MOTTO
"Iron will rust if not used, the water
stagnate
will lose the purity and in cold weather will freeze.
Such is the picture of our brain, when not use. "
will lose the purity and in cold weather will freeze.
Such is the picture of our brain, when not use. "
"Besi akan berkarat jika tidak digunakan, air yang menggenang
akan kehilangan kemurniannya dan dalam cuaca dingin akan membeku.
Seperti itulah gambaran otak kita, jika tidak digunakan."
akan kehilangan kemurniannya dan dalam cuaca dingin akan membeku.
Seperti itulah gambaran otak kita, jika tidak digunakan."
Leonardo Da Vinci
PERSEMBAHAN
Karya
ilmiah yang saya buat tak lepas dari dukungan pihak terkait. Maka dari itu saya mengucapkan terimakasih kepada :
1) Madrasah tercinta, Man 1 Kota Semarang
2) Guru bahasa Indonesia, Ibu Muawanah yang memberikan
tugas akhir ini.
3) Orang tua yang telah memberi dukungan
baik moral maupun materian.
4) Teman – teman yang telah membantu dalam
penyelesaian karya ilmiah ini.
KATA PENGANTAR
Kegiatan
analisis terhadap sebuah karya sastra membutuhkan pengetahuan yang cukup luas
karena karya sastra dibangun oleh unsur instrinsik dan ekstrinsik.Namun, berkat
adanya bantuan dari berbagai pihak, tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu.Oleh
karena itu disampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Mu’awanah selaku guru bidang studi Bahasa
Indonesia
dan pembimbing analisis.
2. Orang Tua yang
selalu memberi do’a dan semangat untuk terus belajar.
3. Teman-teman XI
IPA 3 yang telah trut serta membantu dalam pembuatan karya tulis ini.
Hasil analisis ini masih jauh dari kesempurnaan,kritik dan saran yang bersifat mendukung dari pembaca sangat diharapkan guna
kesempurnaan hasil analisis ini.
Penulis,
Ainun Mufti
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Lembar Pengesahan.......................................................................................... ii
Motto Dan Persembahan.................................................................................. iii
Kata Pengantar................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................... v
1.
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah................................................................................. 2
1.4 Tujuan Pembahasan............................................................................ 2
2.
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................... 3
2.1 Unsur intrinsik....................................................................................... 3
2.2 Unsur Ekstrinsik.................................................................................... 9
3.
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 10
4.1 Unsur Intristik Novel
Di Bibirnya Ada Dusta.................................... 10
4.2 Unsur Intrinsik Novel Di Bibirnya Ada Dusta................................... 16
4.
BAB V PENUTUP.................................................................................. 17
5.1 KESIMPULAN................................................................................. 17
5.
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 18
6.
LAMPIRAN............................................................................................ 19
7.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Novel merupakan salah satu jenis
dari karya sastra prosa yang banyak digemari. Hal ini dapat dilihat dari
semakin banyaknya judul-judul novel baru yang bermunculan. Penikmatnya
pun semakin lama semakin banyak, mengingat banyak sekali judul-judul novel yang
menyandang gelar “Best Seller”. Cerita yang diungkapkan beragam,
mulai dari mengangkat tema percintaan, pendidikan, agama dan lain sebagainya.
Saat ini, pengarang berlomba-lomba
mengasah kreativitas dalam menciptakan sebuah novel yang memiliki
kualitas. Kualitas sebuah novel sendiri salah satunya dapat dilihat atau
diamati dari sisi unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Unsur-unsur
intrinsik seperti tema, plot (alur), latar, sudut pandang pengarang, penokohan,
gaya bahasa dan amanat yang terkandung dalam sebuah novel dapat dijadikan tolak
ukur dalam menilai kualitasnya. Sedang dari sisi unsur ekstrinsik dapat
dilihat dari pengaruh-pengaruh luar dari struktur novel sendiri seperti
kebudayaan, agama, politik, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
pengarang.
Dalam karya tulis (makalah) ini,
penulis akan mengulas unsur intrinsik dan ekstrinsik dari sebuah novel yang
berjudul Di Bibirnya Ada Dusta. Alasan penulis mengambil judul ini untuk
diulas adalah karena Di Bibirnya Ada Dusta dianggap memiliki tema cerita
yang tidak biasa dan berbeda dengan tema cerita yang dimiliki novel-novel
kebanyakan. Di Bibirnya Ada Dusta menyajikan sebuah cerita tentang
percintaan sepasang pria kembar dengan dua sifat berbeda, yaitu seorang Lady Killer dan seorang gay. Ketertarikan terhadap novel
inilah yang akhirnya membuat penulis menjatuhkan pilihan untuk menganalisis dan
mengulasnya ke dalam sebuahkarya tulis dengan judul “Analisis Unsur Intrinsik
dan Ekstrinsik Di Bibirnya Ada Dusta”.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas
dalam karya tulis ini antara lain :
- Bagaimana unsur intrinsik
(tema, plot, latar, penokohan, sudut pandang pengarang, gaya bahasa dan
amanat) yang terkandung dalam novel Di Bibirnya Ada Dusta?
- Bagaimana unsur ekstrinsik yang
terkandung dalam novel Di Bibirnya Ada Dusta?
1.3 BatasanMasalah
Batasan masalah dalam suatu kajian
atau analisis sangatkah penting dalam menentukan arah dan tujuan
penulisan. Oleh karena itu penulis membatasi analisis sampai pada unsur
intrinsik dan ekstrinsik yang ada pada novel Di Bibirnya Ada Dusta.
1.4 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan pemahaman di atas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan karya tulis ini antara lain:
(a) Memperoleh pegetahuan lebih mengenai unsur intrinsik dan
ekstrinsik sebuah novel.
(b) Memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai bagaimana
cara menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah novel.
(c) Dapat menemukan dan menginterpretasi unsur-unsur intrinsik
dan ekstrinsik dalam sebuah novel.
(d) Dapat menilai kualitas sebuah novel dengan menggunakan teori
struktural (intrinsik dan ekstrinsik).
BAB II
KAJIAN TEORI
KAJIAN TEORI
2.1
Unsur Intristik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun
karya sastra dari dalam atau menurut dirinya (karya sastra itu sendiri).
2.1.1
Sinopsis
Sinopsis novel adalah singkatan cerita novel.
Ringkasan novel adalah bentuk pemendekan
dari sebuah novel dengan tetap memperhatikan unsur-unsur instrinsik novel tersebut.
2.1.2
Judul
Judul merupakan bagian dari unsur intrinsik cerita yang
fungsinya sebagai penarik perhatian orang untuk membaca sebuah tulisan.
2.1.3
Tema
Tema adalah pokok pikiran atau pembicaraan dalam sebuah
cerita yang hendak disampaikan pengarang melalui jalinan cerita. Menurut M.S
Hutagalung, tema adalah persoalan yang berhasil menduduki tempat utama. Tema
dibagi dua, yaitu : tema minor dan tema mayor. Tema minor adalah tema dari
beberapa adegan yang ada di cerita.Sedangkan tema mayor adalah kumpulan dari
tema minor yang menonjol.
2.1.4
Penokohan
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi
sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh.
Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan
penokohan.
Penokohan ada
dua, yaitu:
1) Penokohan Berdasarkan Pentingnya Keterlibatan
dalam Cerita
(a)
Tokoh utama (main
character)
Tokoh yang membawa pesan dari cerita yang
dimainkan dan tokoh yang diutamakan penceritaannya atau tokoh yang berperan
penting dalam cerita.
(b)
Tokoh tambahan
(peripheral character)
Yaitu tokoh yang tidak memiliki peranan penting
dalam cerita yang fungsinya melayani, melengkapi, mendukung tokoh utama dalam
menjalankan tugasnya. Penceritaan mengenai dirinya relatif pendek dan
tidak mendominasi. Tokoh tambahan dibagi menjadi dua :
(c)
Tokoh tambahan
sekunder : Tokoh tambahan yang dekat dengan utama.
(d)
Tokoh tambahan komplemen : Tokoh tambahan yang tidak
dekat dengantokoh utama.
2)
Penokohan Berdasarkan
Keterlibatan dalam Cerita
(a)
Tokoh nyata (Real
Character) : Tokoh yang
benar-benar muncul dalam cerita dan ikut berperan dalam cerita.
(b)
Tokoh Maya (Appereance
Character) : Tokoh yang keberadaannya hanya disebut-sebut saja.
3)
Penokohan Dilihat dari
Fungsi Penampilan Tokoh
Menurut
tokohnya dibagi tiga:
(a)
Tokoh
Protagonis
Tokoh yang dikagumi oleh pembaca karena
menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca. Tokoh
protagonist memberikan empati, simpati, dan melibatkan diri secara emosional
dengan pembaca.
(b)
Tokoh Antagonis
Tokoh yang menyebabkan terjadinya
konflik. Tokoh antagonis sering kali tidak disenangi oleh pembaca
karena tidak sesuai dengan apa yang diidamkan pembaca.
(c) Tokoh
Tritagonis
Tokoh yang menjadi penengah antara tokoh
protagonist dan antagonis.
4)
Penokohan
Berdasarkan Perwatakannya
(a)
Tokoh sederhana
(simple/flat)
Tokoh yang hanya memiliki satu kualitas
pribadi.
Tokoh yang memiliki karakter yang kompleks, antara nafsu,
kebutuhan dan kewajiban serta konflik lainnya sehingga memiliki banyak
konflik.
2.1.5
Perwatakan :
Yaitu penggambaran watak atau sifat tokoh dalam
cerita. Untuk mengetahui watak tokoh dalam film ada dua cara :
a) Analitik
Watak tokoh tertulis secara jelas di dalam
sebuah cerita.
b) Dramatik
Watak dari masing-masing tokoh tidak tetulis
secara langsung dalam sebuah cerita. Untuk mengetahui watak tokoh yang
digambarkan secara dramtik bisa dilihat melalui gerak-gerik (tingkah laku)
tokoh, cara berpakaian dan berdandan tokoh, tempat di mana tokoh itu berada, cara berbicara tokoh dll.
Watak juga dibedakan menjadi 2 :
a) Statis
Tokoh
yang tidak berkembang. Tokoh statis hanya memiliki satu watak tanpa
mengalami perubahan. Apabila pengarang menggambarkannya sebagai seorang
tokoh putih, maka sampai akhir cerita ia masi tetap menjadi tokoh putih.
b) Dinamis
Tokoh yang mengalami perkembangan. Tokoh berkembang
mengalami perubahan watak. Apabila ia diciptakan oleh pengarang sebagai
tokoh putih, bisa saja di tengah atau
akhir cerita ia berubah menjadi tokoh hitam
atau sebaliknya.
2.1.6
Alur Cerita
Alur
dibagi menjadi lima tahapan, antara lain:
a)
Situation
Tahap
pelukisan atau pengenalan cerita mulai dari tokoh-tokoh hingga situasi atau
latar ceritanya. Tahapan ini dapat berisi paparan,
gawatan dan rangsangan dalam cerita.
b)
Rising Action
Tahap
cerita dimulai dan ditandai dengan pelibatan tokoh lain.
c)
Generating Circumtenses
Tahap
dimana mulai muncul konflik dari peristiwa-peristiwa yang ada pada tahap sebelumnya.
d)
Conflict
Tahap
permasalahan utama yang terjadi di dalam cerita.
e)
Climax
Tahap
dimana konflik yang terjadi sudah mencapai puncaknya.
f)
Denoument
Tahap
dimana masalah atau konflik sudah reda dan dapat diselesaikan.
Berdasarkan rangkaian peristiwanya alur dibagi
menjadi 3
:
a)
Alur maju : Terjadi jika urutan alurnya 1-2-3-4-5-6
lurus.
b)
Alur
mundur : Terjadi jika
urutannya alurnya 6-5-4-3-2-1.
c)
Alur
campuran : Terjadi jika dalam
alur maju terdapat degresi dan pengembalian ingatan ke masa lalu.
Alur dilihat dari sifatnya, alur
dibedakan menjadi 3 yaitu :
a)
Alur
terbuka : Akhir cerita dapat
merangsang pembaca untuk mengembangkan
jalan cerita tersebut.
b)
Alur
tertutup : Akhir cerita tidak
merangsang pembaca untuk melanjutkan jalan cerita
masalah dalam cerita.
c)
Alur
campuran : Antara plot terbuka
dan tertutup yaitu gabungan dari 2 plot diatas.
2.1.7
Latar (Setting)
Latar atau setting
dalam pemahaman sederhana merupakan tempat terjadinya peristiwa baik yang
berupa fisik, unsur tempat, waktu dan ruang ataupun peristiwa cerita.
Latar disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat,
hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
Latar
dibagi menjadi lima bagian, antara lain:
(a) Latar Tempat
Latar tempat adalah menyaran pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur yang dipergunakan
mengkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin
lokasi tertentu tanpa nama jelas.
(b) Latar
Waktu
Latar waktu adalah latar waktu yang berhubungan dengan
masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi.Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual,
waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
(c) Latar Alat
Latar
Alat adalah latar yang berhubungan dengan alat-alat yang dipakai di dalam
cerita.Entah itu domina atau tidak dominan.
(d) Latara
Suasana
Latar suasana adalah latar yang menggambarkan suasana batin
maupun lingkungan yang terjadi dalam cerita.Latar suasana dapat berupa suasana
sedih, gembira, kacau, bingung, dan lain sebagainya.
(e)
Latar Sosial/Budaya
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi mencakup masalah dalam lingkup yang cukup
kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat,
tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap dan
lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status
sosial tokoh yang bersangkutan.
2.1.8
Sudut Pandang
Pengarang (Point of View)
Sudut pandang atau point of view merupakan cara atau
pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya
fiksi kepada pembacanya. Sudut pandang pada hakikatnya merupakan
strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan ceritanya. Sudut pandang dibagi menjadi tiga, yaitu
sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga dan sudut pandang
campuran.
1. Sudut Pandang Orang Pertama
Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
menggunakan ”aku”. Gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut
terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan
kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang
diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap
orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan
merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku”
tersebut. Sudut pandang orang pertama dibagi lagi menjadi;
(a)
Orang pertama
pelaku utama, yaitu si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku
yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik,
hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku” menjadi fokus pusat
kesadaran atau pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”,
peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan
dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan
diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ”aku” menjadi tokoh utama (first
person central).
(b)
Orang
pertama pelaku sampingan atau tambahan, yaitu tokoh ”aku” muncul bukan sebagai
tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral).
Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh
cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri
berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah
yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil,
membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh
lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan
dialah kini yang berkisah. Si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi
terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada
umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
(c)
Sudut pandang orang kedua
Penulis adalah narator yang sedang
berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menggambarkan apa yang dilakukan “kamu”
atau “kau” atau “anda”.
(d) Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut pandang orang ketiga menggunakan gaya ”Dia”, narator
adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita
dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh
cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai
variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk
mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
1) Sudut pandang ”dia” dapat dibedakan menjadi:“Dia”
serba tahu, yaitu cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator
dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut.
Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia
mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk
motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja
dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia” yang
satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan
dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan,
dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
2) “Dia” pengamat, yaitu pengarang
melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh
tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam
jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga
berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan
sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.
(e) Sudut Pandang Campuran
Sudut pandang campuran yaitu pengarang membaurkan antara
pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya.Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh
diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh
dan kejadian yang diceritakan.
2.2
Unsur
Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang
membangun cerita dari luar.unsur ekstrinsik dapat dilihat dari
pengaruh-pengaruh luar dari struktur novel sendiri seperti kebudayaan, agama,
politik, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pengarang.
1. Aspek-aspek
dalam kehidupan
Yaitu aspek-aspek seperti aspek moral, sosial, pendidikan
dll.
2. Hal Yang
Berkaitan Dengan Dunia Nyata
Yaitu hal-hal yang ada di dalam cerita yang
benar-benar terjadi di masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Unsur Intristik Novel
Di Bibirnya Ada Dusta
3.1.1 Judul : Di
Bibirnya Ada Dusta.
Judul novel Di Bibirnya Ada Dusta menggambarkan
tentang perbuatan sepasang pria
3.1.2 Tema :
a)
Tema minor :
- Permintaan tolong kepada saudara.
Bukti : Pada bab 1 diceritakan bahwa Ray meminta
tolong kepada kembarannya yang tinggal di Australia, Roy. Dia meminta tolong
kepada kembarannya untuk menakhlukan wanita pilihan ayahnya.
Kutipan :“Kamu
mesti tolongi aku, Roy.”
Itu pasti
sebaris kalimat sakti yang paling sering diucapkan Ray kepada saudara kembarnya.( Mira W, 2004:5)
(1)
Hargailah
kesetiaan pasangan.
Bukti : Roy selalu bergonta-ganti pasangan. Lain
hal dengan Ray yang sudah delapan tahun menjalin kasih dengan pasangannya.Roy
tidak pernah menganggap hubungan yang dijalaninya dengan perempuan manapun
serius.Dia tidak mau terikat lebih lama dengan wanita-wanita yang telah
dikencaninya.
Kutipan :Tetapi Roy tahu sekali hubungan asmara
mereka yang telah berlangsung sejak SMU. Sudah hampir delapan tahun.Dan mereka
belum bosan juga.Padahal Roy sudah delapan kali berganti pasangan.( Mira W, 2004:6)
(2) Persepsi masing-masing orang bisa berubah.
Bukti : Roy mengubah persepsinya. Mula-mula dia
tidak percaya dengan cinta.Tapi, setelah bertemu dengan Natalia dia merasa
telah jatuh terlalu dalam kepada gadis cantik itu.
Kutipan :Dia
masih bergantian memacari gadis-gadis yang datang dan pergi dalam
hidupnya.Tetapi seperti yang dikatakannya kepada Natalia, tidak seorangpun
diundangnya mauk ke hatinya(Mira W, 2004: 9)
b) Tema Mayor
: Cinta perlu diperjuangkan.
Bukti :
Ray mencoba mempertahankan hubungannya dengan Bondan. Ayahnya marah mengetahui
jika salah satu anaknya itu tidak normal. Tapi, sampai cerita ini dia tetap setia kepada
Bondan,meskipun kekasihnya itu sudah meninggal.
Kutipan :
“Ray memilih Bondan. Satu hal yang
kukagumi, cinta mereka begitu
teguh.Padahal mereka berada di lahan yang salah.”( Mira W, 2004:12)
3.1.3 Penokohan :
a) Penokohan Berdasarkan
Pentingnya Keterlibatan dalam Cerita
1. Tokoh utama (main
character) : Ray dan Roy.
Argumen : Menurut hemat saya, tokoh utama
dalam novel Di Bibirnya Ada Dusta adalah Ray dan Roy.
Bukti : Dalam novel ini berpusat pada kisah cinta
Ray dan Roy.
2. Tokoh tambahan
(peripheral character):
Tokoh tambahan
dibagi menjadi dua :
Tokoh tambahan
sekunder : Tokoh tambahan yang dekat dengan tokoh utama.
Contoh : Natalia, Yessi.
Bukti : Natalia adalah gadis yang disukai
oleh Roy, tapi pada akhirnya mereka
tidak bisa bersatu karena janji Natalia untuk kesembuhan Ray. Sedangkan Yessi
adalah wanita yang ditakhlukan oleh Roy untuk Ray demi kemauan ayahnya.
Tokoh tambahan
komplemen : Tokoh tambahan yang tidak dekat dengan tokoh utama.
Contoh : Pak Fajar, Reni, Rama, Olie dll.
Bukti : Tokoh ini muncul, tapi tidak terlalu
banyak muncul dan tidak dekat dengan
tokoh utama.
b) Penokohan
Berdasarkan Keterlibatan dalam Cerita
Tokoh
juga dibagi dua :
1. Tokoh nyata (Real
Character)
Contoh : Ray, Roy, Bondan, Natalia dan lain-lain.
Bukti : Tokoh-tokoh di atas ini ikut dalam novel ini dan muncul secara nyata.
Kutipan : “Papa
tidak membutuhkan siapa-siapa!” sela ayahnya sengit.(Mira W, 2004:26)
2. Tokoh Maya (Appereance
Character)
Contoh : Ayah tiri Roy.
Bukti : Dalam novel ini ayah tiri Roy hanya disebutkan dan tidak muncul di novel ini.
Kutipan : “Papa
kan tahu ayah tirimu cuma punya apartemen mungil di Botany(Mira
W, 2004:33)
c) Penokohan
Dilihat dari Fungsi Penampilan Tokoh
Menurut
tokohnya dibagi tiga:
1. Tokoh
Protagonis
Contoh : Bondan.
Bukti : Bondan rela berkorban untuk Ray meskipun
dirinya merasa sakit hati atas perlakuan yang tidak disengaja
Ray.
Kutipan : Boney
pasti sangat tersiksa empat bulan teakhir ini. Roy memperlakukannya dengan
buruk.Bagaimana dia harus menjelaskannya dan meminta maaf?Boney pasti tidak
memaafkannya kalau dia tidak berterus terang.
Tetapi kalau di berterus terang … apakah Boney akanmemaafkannya?( Mira W, 2004:21)
2. Tokoh Antagonis
Contoh : Pak Fajar.
Bukti : Pak Fajar menekan Ray untuk memikat hati
seorang wanita. Wanita itu adalah anak teman kolega bisnis Pak Fajar yang
bernama Yessi.Padahal Ray adalah seorang gay dan sudah memiliki kekasih
yang bernama Bondan.
Kutipan : “Papa
menyuruhku untuk memikat gadis…”
“Wajar!Papa pasti tidak menyuruhmu mencari seorang pria untuk menjadi
istrimu!”( Mira W, 2004:28)
3.1.4
Perwatakan :
Untuk mengetahui watak tokoh dalam film ada dua
cara :
a) Analitik, salah
satu tokoh yang menggunakan cara analitik :
Contoh :
Roy dan Ray.
Bukti : Di awal cerita disebutkan
bahwa Roy adalah seorang playboy dan
dicap sebagai Lady Killer. Sedangkan Ray adalah seorang gay yang phobia
dengan wanita.
Kutipan :
Ray adalah seorang gay yang telah mempunyai pasangan sehidup
semati. Sementara Roy adalah seorang playboy yang selalu siap kapanpun berganti
pasangan karena dia tidak tahan jika hidup tanpa mempermainkan wanita.( Mira W, 2004:29)
b) Dramatik,
berikut adalah tokoh yang menngunakan cara dramatik :
Contoh : Pak Fajar.
Bukti : Pak Fajar mempunyai kepribadian keras
kepala. Terbukti dengan sikapnya yang terus memaksa Ray untuk memikat
hati Yessi.
Kutipan : “Kau
harus mendapatkan anak Pak Oswald Lintungan, Ray.”(Mira W, 2004:292)
Watak
juga dibedakan menjadi 2 :
1. Statis
Contoh : Ronny.
Bukti : Sombong, keras kepala dan pengumpat.
Kutipan : “Tapi kamu tetap tidak boleh lengah! Dia kan
sekarang jadi GM diperusahaan
Papa! Lagaknya sudah lain! Gaya dan mangkak!”
“Sialan si
Yessi! Aku tahu dia sengaja melakukannya! “
“Mama harus
mencegahnya! Usaha dong, Ma.Jangan diam saja.Coba pengaruhi Papa!”( Mira W, 2004:31)
2. Dinamis
Contoh : Pak Fajar.
Bukti : Kadang baik dan kadang buruk. Di awal
selalu menekan Ray dan di akhir cerita meminta maaf kepada Ray.
Kutipan : “Papa tidak membutuhkan siapa-siapa!” sela
ayahnya sengit.
“Maafkan Papa, Ray.”( Mira W, 2004:33)
3.1.5
AlurCerita
Alur cerita dibagi menjadi 5 :
1. Situation : Sakit hati yang di derita oleh
seseorang.
Kutipan : Pada saat yang sama tubuhnya seperti
membentur bukit karang yang keras yang
menyakitkan(Mira W, 2004:
34)
2. Rising Action: Ray meminta
tolong kepada Roy.
Kutipan : “Kamu
mesti tolongi aku, Roy.”
Itu pasti sebaris kalimat sakti yang paling seringdiucapkan Ray kepada
saudara kembarnya.(
Mira W, 2004:32)
3. Generating
Sircumtanse : Dimarahi oleh Pak Fajar.
Kutipan : “Aku
tidak mau tahu, Ray! Kau harus mendapatkan gadis itu.” (Mira W, 2004:134)
4. Climax : Ray kecelakaan dan Pak Fajar sakit
keras.
Kutipan : Ray menengemudikan mobilnya dengan kecepatan
tinggi. Dia ingin tiba di rumah Bondan secepat mungkin.Bukan hanya rindu yang
sudah tak tertahankan.Tapi lebih karena dia berutang maaf.Tidak ada jalan untuk
kembali. Semua jalan terasa menjerumuskannya ke neraka. (Mira W, 2004:154)
5. Denoment : Bondan meninggal dan Natalia pergi dari
kehidupan Roy
Kutipan :
“Aku tidak tahu bagaimana harus hidup
tanpa Boney! Untukapa melihat lagi hari esok kalau dia sudah tidak ada?”
“Aku juga tidak tahu, Ray.Tapi kalau kamu mau memberiku kesempatan, aku mengajakmu bersama-sama
menelusuri hidup ini. Siapa tahu suatu
hari nanti, kita tahu mengapa kita masih hidup sampai
hari ini.”( Mira W, 2004:187)
Jika dilihat di atas, maka alur cerita adalah
alur maju.Terbukti urutan alur di atas adalah 1-2-3-4-5.
3.1.6 Setting
Setting atau latar dibagi menjadi 5 :
b)
Tempat :
1.
Rumah :
Tempat Roy pulang dari Australia.
Kutipan : “Bagus kau sudah
pulang,” seperti biasa.(
Mira W, 2004:86)
2.
Klinik : tempat magang Ray.
Kutipan : Roy
memarkir mobilnya di depan rumah sakit terpat Ray menjalani kepaniteraan
klinik.( Mira W, 2004:71)
c)
Waktu :
1.
Pagi Hari : Ketika Roy berada di Klinik.
Kutipan : “Pagi,”
sapa seorang perawat ketika Roy turun dari mobilnya.(
Mira W, 2004:89)
2.
Malam Hari : Ray menelfon Roy.
Kutipan : “Bagaimana
Bokap?” tanya Ray ketika dia menelpon ke
ponsel Roy malam itu.(
Mira W, 2004:159)
3.
Budaya
: Keluarga yang rumit.
Bukti : Di dalam cerita ini terdapat
persaingan antara kedua anak Pak Fajar.
Ada kenangan tentang cinta masa lalu dll.
d)
Suasana :
1. Duka :
Pak Fajar meninggal.
Kutipan : Ketika Roy tiba di kamar mayat, Ray sudah
berada disana. Dia yang menemani jenazah ayahnya.Begitu melihat saudaranya
datang, Ray langsung memeluknya dengan air mata berlinang.( Mira W, 2004:224)
2. Bingung :
Pak Fajar merasa bersalah kepada Ray dan Istrinya.
Kutipan : Apa sebenarnya kesalahanku? Mengapa semua ini
terjadi?Istriku
meninggalkanku. Memilih menikah dengan seorang
seniman tanpa masa depan. Tega meninggalkan suami dan
anaknya.Rela kehilangan kemewahan yang mampu
dimilikinya.( Mira W, 2004:211)
3. Senang : Ketika Roy berhasil menakhlukan Yessi.
Kutipan : “Saya berhasil, Pa!” cetus Roy ketika malam
itu dia bertemu ayahnya. “Gunung es itu sudah mencair(Mira W, 2004: 254)
e)
Alat :
a. Handphone : Untuk menghubungi Roy di Indonesia.
Kutipan : “Bagaimana Bokap?” tanya Ray ketika dia
menelpon ke ponsel Roy
malam itu.( Mira W, 2004:159)
b. Koper : Barang
yang dibawa Ray ketika keluar dari rumah ayahnya.
Kutipan : Tekad Ray tidak dapat digoyahkan lagi.
Dia pergi setelah memohonampun pada ayahnya.Dengan hanya membawa dua buah koper
miliknya, dia berangkan ke Palembang untuk mencari Bondan.( Mira W, 2004:109)
3.1.7 Point of View :
Pengarang menggunakan metode sudut pandang orang ke tiga.Tepatnya
“Dia” serba tahu.
Bukti : Di dalam
novel ini tidak ada tokoh yang mengetahui jalannya cerita. Semuanya
mengunakan tokoh dia.
Kutipan : Sekejap Bondan tertegun. Dia mengawasi Ray
mula-mula dengan kaget.( Mira W, 2004:277)
4.2 Unsur Ekstrinsik Novel
a)
Aspek-aspek dalam kehidupan
a.
Aspek Sosial :
Tolong-menolong sesama saudara.
Kutipan : “Kamu mesti tolongi
aku, Roy.”Itu pasti sebaris kalimat sakti yang paling sering diucapkan Ray kepada saudara kembarnya.(Mira
W, 2004:287)
b.
Aspek pendidikan : Umumnya mahasiswa semster
akhir akan magang si tempat yang sesuai
dengan jurusannya.
Kutipan : Perawat
itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum masam. Dasar Mahasiswa! Di
mana-mana sama saja!
“Kamu
tahu jam berapa koasisten harus absen?”(Mira W,2004:213)
b) Hal Yang
Berkaitan Dengan Dunia Nyata
a. Hubungan gay.
b.
Adanya
cinta berantai.
c. Adanya
penderita Virus HIV.
d. Adanya wanita
yang hamil di luar nikah.
e. Pernikahan yang
batal.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari
analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik pada novel Di Bibirnya Ada Dusta karya Mira W. adalah sebagai berikut.
4.1.1
Unsur
intrinsik:
a. Tema yang diangkat dalam novel Di Bibirnya Ada
Dusta adalah tema sosial yang dibumbui tema percintaan.
b.
Plot atau alur dalam novel Di Bibirnya Ada
Dusta menggunakan alur maju. Novel ini berdasarkan kriteria akhir
ceritanya menggunakan alur terbuka.
c. Latar terbagi atas latar waktu, tempat suasana
dan sosial. Latar waktu pada novel ini hanya dijelaskan secara singkat
seperti (malam hari).
d. Penokohan
-
Berdasarkan pentingnya keterlibatan dalam
cerita, tokoh utamanya adalah Ray dan Roy, sedangkan tokoh sampingannya
adalah Yessi, Natalia dan Bondan.
-
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh, yang
menjadi tokoh protagonis adala Bondan, sedangkan yang menjadi yang tokoh
antagonis adalah Pak Fajar.
-
Berdasarkan perkembangan watak, yang menjadi
tokoh statis adalah Ibu kandung Roy, sedangkan tokoh dinamisnya adalah Pak
Fajar.
4.1.2
Unsur Ekstrinsik
a. Aspek-aspek
yang terkandung adalah aspek sosial dan pendidikan.
b. Hal-hal yang
terjadi di dunia nyata antra lain :
-
Hubungan
gay (homoseksual).
-
Adanya
cinta berantai.
-
Adanya
penderita Virus HIV.
-
Adanya
wanita yang hamil di luar nikah.
-
Pernikahan
yang batal.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2010. Pegantar Apresiasi Sastra. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sugiarti. 2002. Pengetahuan dan Kajian Prosa Fiksi.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Tim Balai Pustaka, 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Wijaya, Mira. 2004. Di Bibirnya Ada Dusta.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesustraan.
Jakarta: PT Gramedia.
Rosyid, Abdur. 2009. “Unsur-Unsur Intrinsik dalam Prosa”.
(online)
Tempo. (tanpa tahun). “Seno Gumira Adjidarma”. (online)
http://duniasastra.proboards.com/index.cgi?board=biography&action=display&thread=201.
Diakses (13 APRIL 2016).
LAMPIRAN
Sinopsis
Judul :Di Bibirnya Ada
Dusta
Nama pengarang :Mira W
Penerbit :Gramedia
Pustaka Utama
Tahun :2004
Tebal :314
+ vi halaman
Ketika ayahnya yang mengidap penyakit
hati yang cukup berat menyuruh Ray memikat hati putri mitra bisnisnya guna
menyelematkan perusahaannya dari ambang kehancuran, Ray tidak dapat menolak.
Dia terpaksa minta tolong pada saudara kembarnya, Roy, untuk
sementara waktu bertukar identitas.
Dan pertukaran itu bukan tanpa masalah.
Persoalannya, Ray punya selera yang menyimpang.Dia seorang gay
yang sudah memiliki teman sehidup semati.Sementara Roy yang berganti pacar
seperti berganti ponsel, tidak tahan dikelilingi gadis-adis cantik tanpa
mempermainkan mereka.
Ketika seorang gaydikejar-kejar wanita sementara
seorang lady killer dianggap pria tidak berbahaya, berhamburanlah dusta
demi dusta untuk menyelamatkan permainan mereka.Dan korban-korban pun
berjatuhan karena Di Bibirnya Ada Dusta.

BIOGRAFI PENULIS

Mira lahir di Jakarta pada 13 September 1951, putri dari produser film
Othniel Widjaja dan istrinya; ia adalah anak kelima dari lima bersaudara.
Kakaknya, Willy Wilianto, juga berkecimpung di dunia perfilman. Saat masih SD,
Mira sudah menunjukkan bakat menulisnya, ia sering mengirim karyanya ke
majalah-majalah anak ternama. Cerpen populer pertama Mira adalah "Benteng
Kasih", yang dimuat di majalah Femina pada tahun 1975, saat itu ia masih
kuliah kedokteran di Universitas Trisakti. Sedangkan novel pertamanya, Dokter
Nona Friska, dimuat sebagai cerita bersambung di majalah Dewi pada tahun 1977,
diikuti oleh novel keduanya, Sepolos Cinta Dini. Setahun kemudian, ia
menerbitkan Cinta Tak Pernah Berhutang.
Setelah lulus dari Trisakti, Mira menjadi staf pengajar di Universitas
Moestopo. Novelnya yang paling terkenal, Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi,
diterbitkan pada tahun 1980. Ia terus menghasilkan karya, berkiblat pada
penulis-penulis seperti Nh. Dini, Agatha Christie, Y. B. Mangunwijaya dan
Harold Robbins. Mira, bersama dengan Marga T, dianggap sebagai pelopor penulis
keturunan Tionghoa di Indonesia, menjadi inspirasi bagi penulis-penulis
berikutnya seperti Clara Ng.
makasih yah kak udah share
ReplyDeletepaket axis android