Tuesday, 10 May 2016

karya ilmiah unsur intinsik dan ekstrinsik (entri penomoran judul baru)


ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK 
NOVEL ”DI BIBIRNYA ADA DUSTA” KARYA MIRA W.



Diajukan untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Bahasa Indonesia   


DI SUSUN OLEH;
Ainun Mufti
XI IPA 3




MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2015/2016



LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis dengan judul Di Bibirnya Ada Dusta karya Mira W
Oleh :
Nama                   :Ainun Mufti
NIS                     :
Program studi      :IPA
Telah disetujui oleh pembimbing sebagai tugas akhir dan syarat kenaikan kelas XII


Semarang,4 Mei 2016            
                                                                                     Pembimbing              


                                                                                                             Hj.Mu’awanah,S.pd
                                                                      NIP : 1969102120050120













MOTTO


"Iron will rust if not used, the water stagnate
will lose the purity and in cold weather will freeze.
Such is the picture of our brain, when not use. "
"Besi akan berkarat jika tidak digunakan, air yang menggenang
akan kehilangan kemurniannya dan dalam cuaca dingin akan membeku.

Seperti itulah gambaran otak kita, jika tidak digunakan."

Leonardo Da Vinci


PERSEMBAHAN
            Karya ilmiah yang saya buat tak lepas dari dukungan pihak terkait.  Maka dari itu saya mengucapkan terimakasih kepada :
1)      Madrasah tercinta, Man 1 Kota Semarang
2)      Guru bahasa Indonesia, Ibu Muawanah yang memberikan tugas akhir ini.
3)      Orang tua yang telah memberi dukungan baik moral maupun materian.
4)      Teman – teman yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.















KATA PENGANTAR


            Kegiatan analisis terhadap sebuah karya sastra membutuhkan pengetahuan yang cukup luas karena karya sastra dibangun oleh unsur instrinsik dan ekstrinsik.Namun, berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu.Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada:
1.      Ibu Mu’awanah selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia dan pembimbing analisis.
2.      Orang Tua yang selalu memberi do’a dan semangat untuk terus belajar.
3.      Teman-teman XI IPA 3 yang telah trut serta membantu dalam pembuatan karya tulis ini.

Hasil analisis ini masih jauh dari kesempurnaan,kritik dan saran yang bersifat mendukung dari pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan hasil analisis ini.



Penulis,




Ainun Mufti





DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i      
Lembar Pengesahan.......................................................................................... ii
Motto Dan Persembahan.................................................................................. iii      
Kata Pengantar................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................... v      
1.        BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1      
1.1     Latar Belakang.................................................................................... 1      
1.2     Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3     Batasan Masalah................................................................................. 2
1.4     Tujuan Pembahasan............................................................................ 2
2.        BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................... 3
2.1  Unsur intrinsik....................................................................................... 3
2.2  Unsur Ekstrinsik.................................................................................... 9
3.        BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 10
4.1  Unsur Intristik Novel Di Bibirnya Ada Dusta.................................... 10
4.2  Unsur Intrinsik Novel Di Bibirnya Ada Dusta................................... 16
4.        BAB V PENUTUP.................................................................................. 17
5.1 KESIMPULAN................................................................................. 17
5.        DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 18
6.        LAMPIRAN............................................................................................ 19


7.         


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Novel merupakan salah satu jenis dari karya sastra prosa yang banyak digemari.  Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya judul-judul novel baru yang bermunculan.  Penikmatnya pun semakin lama semakin banyak, mengingat banyak sekali judul-judul novel yang menyandang gelar “Best Seller”.  Cerita yang diungkapkan beragam, mulai dari mengangkat tema percintaan, pendidikan, agama dan lain sebagainya.
Saat ini, pengarang berlomba-lomba mengasah kreativitas dalam menciptakan sebuah novel yang memiliki kualitas.  Kualitas sebuah novel sendiri salah satunya dapat dilihat atau diamati dari sisi unsur intrinsik dan ekstrinsiknya.  Unsur-unsur intrinsik seperti tema, plot (alur), latar, sudut pandang pengarang, penokohan, gaya bahasa dan amanat yang terkandung dalam sebuah novel dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kualitasnya.  Sedang dari sisi unsur ekstrinsik dapat dilihat dari pengaruh-pengaruh luar dari struktur novel sendiri seperti kebudayaan, agama, politik, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pengarang.
Dalam karya tulis (makalah) ini, penulis akan mengulas unsur intrinsik dan ekstrinsik dari sebuah novel yang berjudul Di Bibirnya Ada Dusta. Alasan penulis mengambil judul ini untuk diulas adalah karena Di Bibirnya Ada Dusta dianggap memiliki tema cerita yang tidak biasa dan berbeda dengan tema cerita yang dimiliki  novel-novel kebanyakan.  Di Bibirnya Ada Dusta menyajikan sebuah cerita tentang percintaan sepasang pria kembar dengan dua sifat berbeda, yaitu seorang Lady Killer dan seorang gay.  Ketertarikan terhadap novel inilah yang akhirnya membuat penulis menjatuhkan pilihan untuk menganalisis dan mengulasnya ke dalam sebuahkarya tulis dengan judul “Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Di Bibirnya Ada Dusta”.



1.2     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara lain :
  1. Bagaimana unsur intrinsik (tema, plot, latar, penokohan, sudut pandang pengarang, gaya bahasa dan amanat) yang terkandung dalam novel Di Bibirnya Ada Dusta?
  2. Bagaimana unsur ekstrinsik yang terkandung dalam novel Di Bibirnya Ada Dusta?


1.3  BatasanMasalah
Batasan masalah dalam suatu kajian atau analisis sangatkah penting dalam menentukan arah dan tujuan penulisan.  Oleh karena itu penulis membatasi analisis sampai pada unsur intrinsik dan ekstrinsik yang ada pada novel Di Bibirnya Ada Dusta.

1.4  Tujuan Pembahasan
Berdasarkan pemahaman di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan karya tulis ini antara lain:
(a)    Memperoleh pegetahuan lebih mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah novel.
(b)   Memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai bagaimana cara menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah novel.
(c)    Dapat menemukan dan menginterpretasi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam sebuah novel.
(d)   Dapat menilai kualitas sebuah novel dengan menggunakan teori struktural (intrinsik dan ekstrinsik).


BAB II
KAJIAN TEORI


2.1  Unsur Intristik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam atau menurut dirinya (karya sastra itu sendiri).
2.1.1        Sinopsis
Sinopsis novel adalah singkatan cerita novel. Ringkasan novel adalah  bentuk pemendekan dari sebuah novel dengan tetap memperhatikan unsur-unsur instrinsik novel tersebut.
2.1.2        Judul          
Judul merupakan bagian dari unsur intrinsik cerita yang fungsinya sebagai penarik perhatian orang untuk membaca sebuah tulisan.
2.1.3        Tema          
Tema adalah pokok pikiran atau pembicaraan dalam sebuah cerita yang hendak disampaikan pengarang melalui jalinan cerita. Menurut M.S Hutagalung, tema adalah persoalan yang berhasil menduduki tempat utama. Tema dibagi dua, yaitu : tema minor dan tema mayor. Tema minor adalah tema dari beberapa adegan yang ada di cerita.Sedangkan tema mayor adalah kumpulan dari tema minor yang menonjol.
2.1.4        Penokohan
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh.  Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan.
Penokohan ada dua, yaitu:
1)      Penokohan Berdasarkan Pentingnya Keterlibatan dalam Cerita
(a)    Tokoh utama (main character)
Tokoh yang membawa pesan dari cerita yang dimainkan dan tokoh yang diutamakan penceritaannya atau tokoh yang berperan penting dalam cerita.
(b)   Tokoh tambahan (peripheral character)
Yaitu tokoh yang tidak memiliki peranan penting dalam cerita yang fungsinya melayani, melengkapi, mendukung tokoh utama dalam menjalankan tugasnya.  Penceritaan mengenai dirinya relatif pendek dan tidak mendominasi. Tokoh tambahan dibagi menjadi dua :
(c)    Tokoh tambahan sekunder : Tokoh tambahan yang dekat dengan utama.
(d)    Tokoh tambahan komplemen : Tokoh tambahan yang tidak dekat dengantokoh utama.     
2)      Penokohan Berdasarkan Keterlibatan dalam Cerita
(a)      Tokoh nyata (Real Character)          : Tokoh yang benar-benar muncul dalam                                                                    cerita dan ikut berperan dalam cerita.
(b)      Tokoh Maya (Appereance Character) : Tokoh yang keberadaannya hanya                                                                       disebut-sebut saja.
3)      Penokohan Dilihat dari Fungsi Penampilan Tokoh
Menurut tokohnya dibagi tiga:
(a)                    Tokoh Protagonis
Tokoh yang dikagumi oleh pembaca karena menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca.  Tokoh protagonist memberikan empati, simpati, dan melibatkan diri secara emosional dengan pembaca.
(b)               Tokoh Antagonis            
Tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik.  Tokoh antagonis sering kali  tidak disenangi oleh pembaca karena tidak sesuai dengan apa yang diidamkan pembaca.
(c)            Tokoh Tritagonis
Tokoh yang menjadi penengah antara tokoh protagonist dan antagonis.
4)        Penokohan Berdasarkan Perwatakannya
(a)    Tokoh sederhana (simple/flat)
Tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi.
(b)   Tokoh bulat (complex)           
Tokoh yang memiliki karakter yang kompleks,    antara nafsu, kebutuhan dan kewajiban serta konflik lainnya sehingga memiliki banyak konflik.
2.1.5        Perwatakan :
Yaitu penggambaran watak atau sifat tokoh dalam cerita. Untuk mengetahui watak tokoh dalam film ada dua cara :
a)      Analitik   
Watak tokoh tertulis secara jelas di dalam sebuah cerita.
b)      Dramatik
Watak dari masing-masing tokoh tidak tetulis secara langsung dalam sebuah cerita. Untuk mengetahui watak tokoh yang digambarkan secara dramtik bisa dilihat melalui gerak-gerik (tingkah laku) tokoh, cara berpakaian dan berdandan tokoh, tempat            di mana tokoh itu berada, cara berbicara tokoh dll.

     Watak juga dibedakan menjadi 2 :
a)      Statis       
Tokoh yang tidak berkembang.  Tokoh statis hanya memiliki satu watak tanpa mengalami perubahan.  Apabila pengarang menggambarkannya sebagai seorang tokoh putih, maka sampai akhir cerita ia masi tetap menjadi tokoh putih.
b)      Dinamis   
Tokoh yang mengalami perkembangan.  Tokoh berkembang mengalami perubahan watak.  Apabila ia diciptakan oleh pengarang sebagai tokoh putih, bisa saja   di tengah atau akhir cerita ia berubah menjadi tokoh hitam   atau sebaliknya.
2.1.6        Alur Cerita
Alur dibagi menjadi lima tahapan, antara lain:
a)        Situation                               
Tahap pelukisan atau pengenalan cerita mulai dari tokoh-tokoh hingga situasi atau latar ceritanya.  Tahapan ini dapat berisi      paparan, gawatan dan rangsangan dalam cerita.
b)        Rising Action
Tahap cerita dimulai dan ditandai dengan pelibatan tokoh lain.
c)        Generating Circumtenses     
Tahap dimana mulai muncul konflik dari peristiwa-peristiwa yang ada pada tahap sebelumnya.
d)       Conflict                                 
Tahap permasalahan utama yang terjadi di dalam cerita.
e)        Climax                                  
Tahap dimana konflik yang terjadi sudah mencapai puncaknya.
f)         Denoument                          
Tahap dimana masalah atau konflik sudah reda dan dapat diselesaikan.
Berdasarkan rangkaian peristiwanya alur dibagi menjadi 3 :
a)         Alur maju      : Terjadi jika urutan alurnya 1-2-3-4-5-6 lurus.
b)        Alur mundur             : Terjadi jika urutannya alurnya 6-5-4-3-2-1.
c)         Alur campuran          : Terjadi jika dalam alur maju terdapat degresi dan pengembalian   ingatan ke masa lalu.
Alur dilihat dari sifatnya, alur dibedakan menjadi 3 yaitu :
a)         Alur terbuka             : Akhir cerita dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan  jalan cerita tersebut.
b)        Alur tertutup             : Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk melanjutkan jalan    cerita masalah dalam cerita.
c)         Alur campuran          : Antara plot terbuka dan tertutup yaitu gabungan dari 2 plot diatas.


2.1.7             Latar (Setting)
Latar atau setting dalam pemahaman sederhana merupakan tempat terjadinya peristiwa baik yang berupa fisik, unsur tempat, waktu dan ruang ataupun peristiwa cerita.  Latar disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Latar dibagi menjadi lima bagian, antara lain:
(a)    Latar Tempat
Latar tempat adalah menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur yang dipergunakan mengkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas.
(b)   Latar Waktu
Latar waktu adalah latar waktu yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
(c)     Latar Alat
Latar Alat adalah latar yang berhubungan dengan alat-alat yang dipakai di dalam cerita.Entah itu domina atau tidak dominan.
(d)   Latara Suasana
Latar suasana adalah latar yang menggambarkan suasana batin maupun lingkungan yang terjadi dalam cerita.Latar suasana dapat berupa suasana sedih, gembira, kacau, bingung, dan lain sebagainya.
(e)    Latar Sosial/Budaya
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi mencakup masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap dan lain-lain.  Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

2.1.8             Sudut Pandang Pengarang (Point of View)
Sudut pandang atau point of view merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembacanya.  Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya.  Sudut pandang dibagi menjadi tiga, yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga dan sudut pandang campuran.
1.      Sudut Pandang Orang Pertama
Sudut pandang orang pertama (first person point of view) menggunakan  ”aku”. Gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut. Sudut pandang orang pertama dibagi lagi menjadi;
(a)    Orang pertama pelaku utama, yaitu si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku” menjadi fokus pusat kesadaran atau pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).
(b)   Orang pertama pelaku sampingan atau tambahan, yaitu tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
(c)    Sudut pandang orang kedua
Penulis adalah narator yang sedang berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menggambarkan apa yang dilakukan “kamu” atau “kau” atau “anda”.
(d)   Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut pandang orang ketiga menggunakan gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
1)      Sudut pandang  ”dia” dapat dibedakan menjadi:“Dia” serba tahu, yaitu cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia” yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
2)      “Dia” pengamat, yaitu pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.
(e)    Sudut Pandang Campuran
Sudut pandang campuran yaitu pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya.Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan.

2.2              Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari luar.unsur ekstrinsik dapat dilihat dari pengaruh-pengaruh luar dari struktur novel sendiri seperti kebudayaan, agama, politik, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pengarang.
1.      Aspek-aspek dalam kehidupan
Yaitu aspek-aspek seperti aspek moral, sosial, pendidikan dll.
2.      Hal Yang Berkaitan Dengan Dunia Nyata
Yaitu hal-hal yang ada di dalam cerita yang benar-benar terjadi di masyarakat.
 












BAB III
PEMBAHASA
N

3.1  Unsur Intristik Novel Di Bibirnya Ada Dusta
3.1.1    Judul : Di Bibirnya Ada Dusta.
Judul novel Di Bibirnya Ada Dusta menggambarkan tentang perbuatan sepasang pria
3.1.2   Tema :
a)    Tema minor : -   Permintaan tolong kepada saudara.
Bukti      : Pada bab 1 diceritakan bahwa Ray meminta tolong kepada kembarannya yang tinggal di Australia, Roy. Dia meminta tolong kepada kembarannya untuk menakhlukan wanita pilihan ayahnya.
Kutipan :“Kamu mesti tolongi aku, Roy.”
Itu pasti sebaris kalimat sakti yang paling sering diucapkan Ray   kepada saudara kembarnya.( Mira W, 2004:5)
(1)   Hargailah kesetiaan pasangan.
Bukti      : Roy selalu bergonta-ganti pasangan. Lain hal dengan Ray yang sudah delapan tahun menjalin kasih dengan pasangannya.Roy tidak pernah menganggap hubungan yang dijalaninya dengan perempuan manapun serius.Dia tidak mau terikat lebih lama dengan wanita-wanita yang telah dikencaninya.
Kutipan :Tetapi Roy tahu sekali hubungan asmara mereka yang telah berlangsung sejak SMU. Sudah hampir delapan tahun.Dan mereka belum bosan juga.Padahal Roy sudah delapan kali berganti pasangan.( Mira W, 2004:6)
(2)   Persepsi masing-masing orang bisa berubah.
Bukti      : Roy mengubah persepsinya. Mula-mula dia tidak percaya dengan cinta.Tapi, setelah bertemu dengan Natalia dia merasa telah jatuh terlalu dalam kepada gadis cantik itu.
Kutipan :Dia masih bergantian memacari gadis-gadis yang datang dan pergi dalam hidupnya.Tetapi seperti yang dikatakannya kepada Natalia, tidak seorangpun diundangnya mauk ke hatinya(Mira W, 2004: 9)
b)      Tema Mayor    : Cinta perlu diperjuangkan.
Bukti                              : Ray mencoba mempertahankan hubungannya dengan Bondan. Ayahnya marah mengetahui jika salah satu anaknya itu tidak normal. Tapi, sampai  cerita ini dia tetap setia kepada Bondan,meskipun kekasihnya itu sudah meninggal.       
Kutipan              : “Ray memilih Bondan. Satu hal yang kukagumi, cinta mereka        begitu teguh.Padahal mereka berada di lahan yang salah.”( Mira W, 2004:12)

3.1.3   Penokohan :
a)      Penokohan Berdasarkan Pentingnya Keterlibatan dalam Cerita
1.      Tokoh utama (main character)     : Ray dan Roy.
Argumen            : Menurut hemat saya, tokoh utama dalam novel Di                                        Bibirnya Ada Dusta adalah Ray dan Roy.
Bukti      : Dalam novel ini berpusat pada kisah cinta Ray dan Roy.
2.      Tokoh tambahan (peripheral character):
Tokoh tambahan dibagi menjadi dua :
Tokoh tambahan sekunder        : Tokoh tambahan yang dekat dengan tokoh                           utama.
Contoh   : Natalia, Yessi.
Bukti        : Natalia adalah gadis yang disukai oleh Roy,  tapi pada akhirnya mereka tidak bisa bersatu karena janji Natalia untuk kesembuhan Ray. Sedangkan Yessi adalah wanita yang ditakhlukan oleh Roy untuk Ray demi kemauan ayahnya.
Tokoh tambahan komplemen : Tokoh tambahan yang tidak dekat dengan                                tokoh utama.
Contoh   : Pak Fajar, Reni, Rama, Olie dll.
Bukti      : Tokoh ini muncul, tapi tidak terlalu banyak  muncul dan tidak dekat dengan tokoh utama.
b)        Penokohan Berdasarkan Keterlibatan dalam Cerita
   Tokoh juga dibagi dua :
1.    Tokoh nyata (Real Character)                  
Contoh   : Ray, Roy, Bondan, Natalia dan lain-lain.
Bukti      : Tokoh-tokoh di atas ini ikut dalam novel     ini dan muncul secara  nyata.
Kutipan    : “Papa tidak membutuhkan siapa-siapa!” sela ayahnya sengit.(Mira W, 2004:26)
2.    Tokoh Maya (Appereance Character)      
Contoh   : Ayah tiri Roy.
Bukti      : Dalam novel ini ayah tiri Roy hanya disebutkan dan tidak muncul di novel ini.
Kutipan     : “Papa kan tahu ayah tirimu cuma punya apartemen mungil di Botany(Mira W, 2004:33)
c)    Penokohan Dilihat dari Fungsi Penampilan Tokoh
Menurut tokohnya dibagi tiga:
1.    Tokoh Protagonis  
Contoh   : Bondan.
Bukti      : Bondan rela berkorban untuk Ray meskipun dirinya merasa sakit        hati atas perlakuan yang tidak disengaja Ray.
Kutipan : Boney pasti sangat tersiksa empat bulan teakhir ini. Roy memperlakukannya dengan buruk.Bagaimana dia harus menjelaskannya dan meminta maaf?Boney pasti tidak memaafkannya kalau dia tidak berterus           terang. Tetapi kalau di berterus terang … apakah Boney akanmemaafkannya?( Mira W, 2004:21)
2.    Tokoh Antagonis  
Contoh   : Pak Fajar.
Bukti      : Pak Fajar menekan Ray untuk memikat hati seorang wanita. Wanita itu adalah anak teman kolega bisnis Pak Fajar yang bernama Yessi.Padahal Ray adalah seorang gay dan sudah memiliki kekasih yang bernama Bondan.
Kutipan : “Papa menyuruhku untuk memikat gadis…”
“Wajar!Papa pasti tidak menyuruhmu mencari seorang pria untuk menjadi istrimu!”( Mira W, 2004:28)
3.1.4   Perwatakan :
Untuk mengetahui watak tokoh dalam film ada dua cara :
a)      Analitik, salah satu tokoh yang menggunakan cara analitik :
Contoh   : Roy dan Ray.
Bukti                  : Di awal cerita disebutkan bahwa Roy adalah seorang playboy dan  dicap sebagai Lady Killer. Sedangkan Ray adalah seorang gay yang phobia dengan wanita.
   Kutipan           : Ray adalah seorang gay yang telah mempunyai pasangan    sehidup semati. Sementara Roy adalah seorang playboy yang selalu siap kapanpun berganti pasangan karena dia tidak tahan jika hidup tanpa mempermainkan wanita.( Mira W, 2004:29)
b)      Dramatik, berikut adalah tokoh yang menngunakan cara dramatik :
Contoh   : Pak Fajar.
Bukti      : Pak Fajar mempunyai kepribadian keras kepala. Terbukti dengan                             sikapnya yang terus memaksa Ray untuk memikat hati Yessi.
Kutipan : “Kau harus mendapatkan anak Pak Oswald Lintungan, Ray.”(Mira W, 2004:292)
   Watak juga dibedakan menjadi 2 :
1.      Statis
Contoh   : Ronny.
Bukti      : Sombong, keras kepala dan pengumpat.
Kutipan : “Tapi kamu tetap tidak boleh lengah! Dia kan sekarang jadi GM diperusahaan Papa! Lagaknya sudah lain! Gaya dan mangkak!”
“Sialan si Yessi! Aku tahu dia sengaja melakukannya! “
“Mama harus mencegahnya! Usaha dong, Ma.Jangan diam saja.Coba pengaruhi Papa!”( Mira W, 2004:31)
2.      Dinamis
Contoh   : Pak Fajar.
Bukti      : Kadang baik dan kadang buruk. Di awal selalu menekan Ray dan                           di akhir cerita meminta maaf kepada Ray.
Kutipan : Papa tidak membutuhkan siapa-siapa!” sela ayahnya sengit.
 “Maafkan Papa, Ray.”( Mira W, 2004:33)
3.1.5    AlurCerita
Alur cerita dibagi menjadi 5 :
1.      Situation       : Sakit hati yang di derita oleh seseorang.
Kutipan  : Pada saat yang sama tubuhnya seperti membentur   bukit karang yang keras yang menyakitkan(Mira W, 2004: 34)
2.      Rising Action: Ray meminta tolong kepada Roy.
Kutipan : “Kamu mesti tolongi aku, Roy.”
Itu pasti sebaris kalimat sakti yang paling seringdiucapkan Ray kepada saudara kembarnya.( Mira W, 2004:32)
3.      Generating Sircumtanse : Dimarahi oleh Pak Fajar.
Kutipan : “Aku tidak mau tahu, Ray! Kau harus mendapatkan gadis itu.”  (Mira W, 2004:134)
4.      Climax         : Ray kecelakaan dan Pak Fajar sakit keras.
Kutipan  : Ray menengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia ingin tiba di rumah Bondan secepat mungkin.Bukan hanya rindu yang sudah tak tertahankan.Tapi lebih karena dia berutang maaf.Tidak ada jalan untuk kembali. Semua jalan terasa menjerumuskannya ke neraka. (Mira W, 2004:154)
5.      Denoment    : Bondan meninggal dan Natalia pergi dari kehidupan Roy
Kutipan : “Aku tidak tahu bagaimana harus hidup tanpa Boney! Untukapa melihat lagi hari esok kalau dia sudah tidak ada?”
“Aku juga tidak tahu, Ray.Tapi kalau kamu mau memberiku   kesempatan, aku mengajakmu bersama-sama menelusuri hidup ini.   Siapa tahu suatu hari nanti, kita tahu mengapa kita masih hidup       sampai hari ini.”( Mira W, 2004:187)
Jika dilihat di atas, maka alur cerita adalah alur maju.Terbukti urutan alur di atas adalah 1-2-3-4-5.

3.1.6    Setting
Setting atau latar dibagi menjadi 5 :
b)          Tempat :
1.        Rumah       : Tempat Roy pulang dari Australia.
Kutipan : “Bagus kau sudah pulang,” seperti biasa.( Mira W, 2004:86)
2.      Klinik          : tempat magang Ray.
Kutipan : Roy memarkir mobilnya di depan rumah sakit terpat Ray menjalani kepaniteraan klinik.( Mira W, 2004:71)
c)           Waktu :
1.    Pagi Hari       : Ketika Roy berada di Klinik.
Kutipan : “Pagi,” sapa seorang perawat ketika Roy turun dari                                      mobilnya.( Mira W, 2004:89)
2.    Malam Hari   : Ray menelfon Roy.
Kutipan : “Bagaimana Bokap?” tanya Ray ketika dia menelpon ke                            ponsel Roy malam itu.( Mira W, 2004:159)
3.       Budaya        : Keluarga yang rumit.
Bukti                  : Di dalam cerita ini terdapat persaingan antara kedua anak Pak  Fajar. Ada kenangan tentang cinta masa lalu dll.
d)          Suasana :
1.    Duka                         : Pak Fajar meninggal.
Kutipan : Ketika Roy tiba di kamar mayat, Ray sudah berada disana. Dia yang menemani jenazah ayahnya.Begitu melihat saudaranya datang, Ray langsung memeluknya dengan air mata berlinang.( Mira W, 2004:224)
2.      Bingung        : Pak Fajar merasa bersalah kepada Ray dan Istrinya.
Kutipan : Apa sebenarnya kesalahanku? Mengapa semua ini                           terjadi?Istriku meninggalkanku. Memilih menikah dengan        seorang seniman tanpa masa depan. Tega meninggalkan suami dan anaknya.Rela kehilangan kemewahan yang mampu dimilikinya.( Mira W, 2004:211)
3.         Senang         : Ketika Roy berhasil menakhlukan Yessi.
Kutipan : “Saya berhasil, Pa!” cetus Roy ketika malam itu dia bertemu ayahnya. “Gunung es itu sudah mencair(Mira W, 2004: 254)

e)           Alat :
a.       Handphone : Untuk menghubungi Roy di Indonesia.
Kutipan : “Bagaimana Bokap?” tanya Ray ketika dia menelpon ke                ponsel Roy malam itu.( Mira W, 2004:159)
b.      Koper : Barang yang dibawa Ray ketika keluar dari rumah ayahnya.
Kutipan : Tekad Ray tidak dapat digoyahkan lagi. Dia pergi setelah memohonampun pada ayahnya.Dengan hanya membawa dua buah koper miliknya, dia berangkan ke Palembang untuk mencari Bondan.( Mira W, 2004:109)



3.1.7   Point of View :
Pengarang menggunakan metode sudut pandang orang ke tiga.Tepatnya “Dia” serba tahu.
Bukti                  : Di dalam novel ini tidak ada tokoh yang mengetahui jalannya cerita.                                 Semuanya mengunakan tokoh dia.
Kutipan : Sekejap Bondan tertegun. Dia mengawasi Ray mula-mula dengan kaget.( Mira W, 2004:277)

4.2 Unsur Ekstrinsik Novel
a)      Aspek-aspek dalam kehidupan
a.       Aspek Sosial            : Tolong-menolong sesama saudara.
Kutipan : “Kamu mesti tolongi aku, Roy.”Itu pasti sebaris kalimat sakti yang paling sering diucapkan Ray            kepada saudara kembarnya.(Mira W, 2004:287)
b.      Aspek pendidikan : Umumnya mahasiswa semster akhir akan magang si  tempat yang sesuai dengan jurusannya.
Kutipan : Perawat itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum masam. Dasar Mahasiswa! Di mana-mana sama saja!
“Kamu tahu jam berapa koasisten harus absen?”(Mira W,2004:213)
b)      Hal Yang Berkaitan Dengan Dunia Nyata
a.       Hubungan gay.
b.      Adanya cinta berantai.
c.       Adanya penderita Virus HIV.       
d.      Adanya wanita yang hamil di luar nikah.
e.       Pernikahan yang batal.                   



























BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Kesimpulan dari analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik pada novel Di Bibirnya Ada Dusta karya Mira W. adalah sebagai berikut.
4.1.1     Unsur intrinsik:
a.       Tema yang diangkat dalam novel Di Bibirnya Ada Dusta adalah tema sosial yang dibumbui tema percintaan.
b.      Plot atau alur dalam novel Di Bibirnya Ada Dusta menggunakan alur maju.  Novel ini berdasarkan kriteria akhir ceritanya menggunakan alur terbuka.
c.       Latar terbagi atas latar waktu, tempat suasana dan sosial.  Latar waktu pada novel ini hanya dijelaskan secara singkat seperti (malam hari).
d.      Penokohan
-          Berdasarkan pentingnya keterlibatan dalam cerita, tokoh utamanya adalah Ray dan Roy,  sedangkan tokoh sampingannya adalah Yessi, Natalia dan Bondan.
-          Dilihat dari fungsi penampilan tokoh, yang menjadi tokoh protagonis adala Bondan, sedangkan yang menjadi  yang tokoh antagonis adalah Pak Fajar.
-          Berdasarkan perkembangan watak, yang menjadi tokoh statis adalah Ibu kandung Roy, sedangkan tokoh dinamisnya adalah Pak Fajar.
4.1.2        Unsur Ekstrinsik
a.        Aspek-aspek yang terkandung adalah aspek sosial dan pendidikan.
b.        Hal-hal yang terjadi di dunia nyata antra lain :
-          Hubungan gay (homoseksual).
-          Adanya cinta berantai.
-          Adanya penderita Virus HIV.    
-          Adanya wanita yang hamil di luar nikah.
-          Pernikahan yang batal.    


     
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2010.  Pegantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
            University Press.
Sugiarti. 2002. Pengetahuan dan Kajian Prosa Fiksi. Malang: Universitas Muhammadiyah                        Malang.
Tim Balai Pustaka, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Wijaya, Mira. 2004.  Di Bibirnya Ada Dusta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesustraan. Jakarta: PT Gramedia.
Rosyid, Abdur. 2009. “Unsur-Unsur Intrinsik dalam Prosa”. (online)
Tempo. (tanpa tahun). “Seno Gumira Adjidarma”. (online)












LAMPIRAN

Sinopsis

Judul                           :Di Bibirnya Ada Dusta
Nama pengarang         :Mira W
Penerbit                       :Gramedia Pustaka Utama
Tahun                          :2004
Tebal                          :314 + vi halaman

Ketika ayahnya yang mengidap penyakit hati yang cukup berat menyuruh Ray memikat hati putri mitra bisnisnya guna menyelematkan perusahaannya dari ambang kehancuran, Ray tidak dapat menolak.
Dia terpaksa minta tolong pada saudara kembarnya, Roy, untuk sementara waktu bertukar identitas.
Dan pertukaran itu bukan tanpa masalah.
Persoalannya, Ray punya selera yang menyimpang.Dia seorang gay yang sudah memiliki teman sehidup semati.Sementara Roy yang berganti pacar seperti berganti ponsel, tidak tahan dikelilingi gadis-adis cantik tanpa mempermainkan mereka.
Ketika seorang gaydikejar-kejar wanita sementara seorang lady killer dianggap pria tidak berbahaya, berhamburanlah dusta demi dusta untuk menyelamatkan permainan mereka.Dan korban-korban pun berjatuhan karena Di Bibirnya Ada Dusta.









Di Bibirnya Ada Dusta







BIOGRAFI PENULIS
download.jpg
Mira lahir di Jakarta pada 13 September 1951, putri dari produser film Othniel Widjaja dan istrinya; ia adalah anak kelima dari lima bersaudara. Kakaknya, Willy Wilianto, juga berkecimpung di dunia perfilman. Saat masih SD, Mira sudah menunjukkan bakat menulisnya, ia sering mengirim karyanya ke majalah-majalah anak ternama. Cerpen populer pertama Mira adalah "Benteng Kasih", yang dimuat di majalah Femina pada tahun 1975, saat itu ia masih kuliah kedokteran di Universitas Trisakti. Sedangkan novel pertamanya, Dokter Nona Friska, dimuat sebagai cerita bersambung di majalah Dewi pada tahun 1977, diikuti oleh novel keduanya, Sepolos Cinta Dini. Setahun kemudian, ia menerbitkan Cinta Tak Pernah Berhutang.

Setelah lulus dari Trisakti, Mira menjadi staf pengajar di Universitas Moestopo. Novelnya yang paling terkenal, Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, diterbitkan pada tahun 1980. Ia terus menghasilkan karya, berkiblat pada penulis-penulis seperti Nh. Dini, Agatha Christie, Y. B. Mangunwijaya dan Harold Robbins. Mira, bersama dengan Marga T, dianggap sebagai pelopor penulis keturunan Tionghoa di Indonesia, menjadi inspirasi bagi penulis-penulis berikutnya seperti Clara Ng.

Hingga tahun 1995, Mira telah menerbitkan lebih dari 40 novel, kebanyakan di antaranya telah diangkat menjadi film dan sinetron, termasuk Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Ketika Cinta Harus Memilih, dan Permainan Bulan Desember

1 comment: